Sabtu, 21 Agustus 2010

PENGALAMAN DARI BEBERAPA ORANG


Jangan Takabur

Sebelum berangkat ke tanah suci, Pak A mendapat wejangan dari gurunya, agar selama di tanah suci jangan pernah takabur, dan sebaiknya sikap tidak takabur tsb juga tetap dipertahankan sekembalinya dari tanah suci. Beberapa wejangan yang diceritakan oleh sang guru adalah sbb :

Seorang kolonel yang sedang berada di tanah suci, tepatnya di Mina dinasihati temannya agar jangan berjalan sendirian nanti tersesat. Tapi sang kolonel mengatakan bahwa dalam perang kemerdekaan hutan apa saja dijelajahinya dan tidak pernah tersesat.

Setelah beberapa lama dicari, sang kolonel tidak kembali. Baru dua hari setelah itu ia ditemukan di jalan arah ke Jeddah.

Kejadian lain menimpa seorang jamaah yang kehilangan tikar sat sholat di Masjidil Haram.Lalu ia ambil tikar lain yang ditinggalkan oleh pemiliknya, karena ia berpikir itulah sebagai pengganti tikar yang hilang.

Hari itu juga ia kehilangan 250 riyal. Setelah ia berpikir baru ia sadar bahwa ia sudah mengambil tikar yang bukan haknya.


>>Sumber : Buku Pengalaman di tanah Suci (Oleh : E. Syarief Nurdin dan E. Kosasih)
Berada Dalam Genggaman Illahi

Jiwanya bergetar, getaran itu makin mencekam jiwanya manakala ia sudah berdiri tepat di hadapan makam orang yang paling dimuliakan Allah. Ny. Hj. S tidak mampu membuka bibir, padahal hatinya berseru keras. Assalamu'alaika, ya Rasullullah. Assalamu'alaika, ya Habibullah.  Sesaat ia terpaku, jiwanya terjerat oleh perasaan yang baru pertama kali hadir dalam hidupnya.

Pengalaman berziarah ke makam Rasulullah saw memberi kesan sangat dalam pada jiwanya. Rasanya ia tidak sanggup melukiskan perasaannya saat itu dengan kata-kata paling indah sekalipun. Pada malam hari itu Ny. Hj. S keluar dari tempatnya menginap di Makkah, demi memenuhi panggilan hati untuk bertawaf dan bersujud di Masjidil Haram dengan ka'bah ditengahnya.

Rasanya tak kunjung terpuaskan rasa rinduku kepada Dzat Yang Mahakasih, sehingga air mataku menetes setiap kali aku mencium Hajar Aswad.Pada saat seperti itu rasanya aku berada dalam genggaman Illahi : aman...., sejuk..... dan penuh berkah......Demikianlah kenangan tak terlupakan dari Hj. S, menceritakan kisah ruhaninya di Baitullah.

>>Sumber : Penuturan Hajjah S - Amanah No. 95

Tak Tergantikan Dengan Harta Seberapapun Banyaknya

Saat itu....malam 27 Ramadhan menjelang Sholat Tarawih. Malam 27 Ramadhan merupakan malam dimana Masjidil Haram sangat penuh dikarenakan kedatangan ummat Islam dari berbagai daerah di sekitar Makkah. Pada malam 27 Ramadhan biasanya penduduk asli yang merantau ke daerah atau negara lain juga akan kembali utk tidak melewatkan malam 27 Ramadhan di Masjidil Haram.
Pada malam itu di Masjidil Haram dipenuhi para hamba Allah yang mau bersusah-susah untuk sholat dan berdoa di Masjidil Haram. Dikarenakan penulis pergi agak cepat, Alhamdulillah dapat tempat sholat pada posisi relatif dekat ke Ka'bah.
Pada waktu sholat malam itu , hati terasa bergetar...dan merasa sangat dekat dgn-NYA. Sekaligus juga merasa sangat kecil...arti semua di dunia ini. Tiba-tiba saat sedang berdoa , karena saat ini pergi dengan isteri. Ada perasaan begitu inginnya mengajak anak-anak untuk ke Baitullah agar bisa merasakan perasaan yang dirasakan saat itu....... Saat itu perasaan bergetar... karena merasa sangat dekat dengan Dzat yang maha Kuasa, ALLAH SWT....Perasaan tenang....penuh berkah.... itu, insya Allah tidak akan dapat tergantikan oleh harta seberapapun nilainya serta hal lain yang bersifat duniawi.

Alhamdulillah, hanya karena kebesaran-NYA sehingga dapat merasakan ketenangan dan perasaan yang sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Tidak terasa saat itu air mata begitu deras mengalir, padahal sebelumnya sangat jarang mengeluarkan air mata. Subhanallah....Alhamdulillah...Allahuakbar. Akhirnya hanya bisa berdoa semoga selalu mendapat bimbingan dan dapat kembali... kepada-NYA dalam iman dan dalam keadaan sedang berada dijalan-NYA serta dijauhkan dari Api Neraka.

>>Sumber : Penuturan Langsung


Balasan Setelah Mati

Saat di Tanah Suci, Pak Ismail Saleh melihat sendiri peristiwa dimana : Mayat dalam usungan yang hendak disholatkan di Masjid Al-Haram terombang-ambing di tengah lautan manusia, tanpa bisa mendekati masjid.

Mayat itu adalah mayat penduduk di Mekah, yang walaupun rumahnya di Mekah, tetapi hatinya tidak tersentuh sama sekali untuk menunaikan Ibadah Haji.

Betapa mayat itu tersingkir dan tersingkir terus."Ya Allah....., luar biasa kekuasaan-Mu, membalas perbuatannya setelah ia mati", puji Pak Ismail kepada Rabb Penguasa Semesta Alam. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua.Amin.

>>Sumber : Amanah No. 105
Setelah Adzan Berkumandang

Keluarga Pak A berkesempatan menunaikan ibadah Haji lagi. Pada perjalanan haji kali ini istrinya dalam keadaan sakit tetapi tetap ikut. Hampir selama tiga tahun kakinya kaku. Ia berjalan harus dibantu dengan kursi roda. Karena itu salah seorang putranya disertakan untuk mendampinginya.

Perjalanan haji kali ini, bagi sang istri merupakan perjalanan dengan menggunakan kursi roda.Ketika tawaf baru 3 putaran terdengar kumandang adzan. Seluruh jamaah berhenti dan melaksanakan sholat.Bisa dibayangkan betapa sulitnya tidak leluasa menjalankan solat di atas kursi roda.Di Masjidil Haram saat itu sangat padat dan berdesak-desakan.

Saat itulah terjadi suatu keajaiban.Semula istrinya harus berjalan dengan kursi roda. Untuk ruku dan sujudpun susah. Tiba-tiba ia bisa melaksanakan sholat sebagaimana orang normal.Ia telah sembuh!. Sejak saat itu sampai sekarang kakinya telah sembuh.Alhamdulillah.....

>>Sumber : Buku Pengalaman di Tanah Suci (Oleh : E. Syarief Nurdin dan E. Kosasih)

Tubuh Terguncang Keras

Sebagaimana para jamaah umroh lainnya, Pak M melakukan tawaf sebanyak tujuh putaran. Ketika itu yang terpikirkan hanya lintasan sejarah pembangunan Rumah Suci itu. Ia mengadu kepada Allah : "ya Allah, apakah aku meninggalkan Ka'bah tanpa goresan yang dalam di relung hati, kecuali lintasan sejarah dalam pikiran? Bismillaahirrahmaanirrohiim...."

Sungguh tidak terduga, membaca Al Fatihah juga belum selesai...., tiba-tiba ia menangis.Mula-mula tangis itu perlahan, tetapi kemudian makin keras. Ia tak kuasa lagi menahannya.

"Ya Allah..., aku tudak tahu apakah aku berada dalam kekusyukan atau tidak, yang pasti ketika aku melafalkan bacaan sholat, tubuh terguncang-guncang keras", tuturnya.

Di sana ditunjukkan betapa ia tak berharga. Dirinya begitu kecil di mata ALLAH. Setelah itu ia berdoa, "Ya Allah, ampuni segala dosa-dosaku.Jauhkan kami dari api neraka-Mu".


>>Sumber : Amanah no. 79

Tidak ada komentar: